Lampung77.com – Tiga tahun yang lalu, tepatnya 22 Desember 2018, letusan Gunung Anak Krakatau menyebabkan terjadinya longsor yang memicu tsunami di Selat Sunda. Ratusan orang tewas dalam peristiwa ini.
Tak hanya mengakibatkan banyak korban jiwa dan kerusakan, peristiwa itu pun membuat tinggi Gunung Anak Krakatau jauh menyusut dari sebelumnya.
Gunung Anak Krakatau telah kehilangan 228 meter di atas permukaan laut (mdpl) semenjak erupsi tersebut. Kala itu, Gunung Anak Krakatau yang semula tingginya 338 mdpl, hanya menjadi 110 mdpl.
Lantas, bagaimana kondisi Gunung Anak Krakatau saat ini pasca tiga tahun terjadinya longsor yang memicu tsunami tersebut?
Kepala Pos Pantau Gunung Anak Krakatau, Andi Suardi, mengatakan saat ini gunung api di Provinsi Lampung itu terkadang masih mengalami erupsi. Namun, hal itu merupakan aktivitas yang normal sebagai bagian pembentukan tubuh gunung api tersebut.
Andi menyebut saat ini tinggi Gunung Anak Krakatau yakni 157 mdpl atau bertambah sekitar 47 mdpl dibandingkan pasca longsor tiga tahun lalu.
“Sekarang tingginya 157 mdpl. Waktu longsor dulu itu tingginya kan tinggal 110 mdpl, jadi sekarang bertambah sekitar 47 mdpl,” kata Andi Suardi, saat dihubungi Lampung77.com, Selasa (21/12/2021).
Andi menyebut saat ini kondisi Gunung Anak Krakatau masih beraktivitas secara normal. Kerap terjadi hembusan dan itu merupakan hal yang biasa untuk gunung api.
“Kondisi Gunung Anak Krakatau secara umum tenang. Masih ada hembusan dan letusan, tapi tidak perlu panik itu normal, namanya juga gunung api aktif, masih membangun dan pembentukan lagi,” ujar Andi.
Andi mengungkapkan saat ini Gunung Anak Krakatau masih berstatus Level II atau waspada. “Sampai saat ini, masyarakat atau wisatawan dilarang mendekat Gunung Anak Krakatau dalam radius 2 kilometer,” pungkasnya.
(Yar/P1)