Lampung77.com – Akibat harga bahan baku kedelai mahal, perajin di Lampung Timur terpaksa memperkecil ukuran tempe.
Perajin tempe di Desa Rajabasa Baru, Kecamatan Mataram Baru, Lampung Timur, Mustofah (59) mengaku tak punya pilihan selain memperkecil tempe yang diproduksinya.
Menurutnya, dengan mahalnya harga bahan baku kedelai saat ini, ia terpaksa mengecilkan ukuran tempe lantaran tingginya biaya produksi.
Mustofah mengatakan dalam beberapa bulan terakhir ini, harga kedelai terus merangkak naik dari harga standar Rp8.000 hingga kini mencapai Rp 11.500.
“Terakhir beli (kedelai) di harga Rp 11.500. Naik terus sedikit demi sedikit,” kata Mustofah, saat ditemui di kediamannya, Minggu (20/2/2022).
Mustofah mengaku sudah 30 tahun menggeluti usahanya itu. Dalam produksi tempe, Dia menyetok kedelai sekitar 350 Kg dalam seminggu.
Per hari, Mustofah mengaku bisa menghabiskan 50 Kg kedelai dengan melalui proses menjadi tempe hingga 5 hari.
“50 Kg kedelai kedelai bisa jadi 1.500 bungkus tempe ukuran sedang. Di jual seharga Rp800 hingga Rp1000 ke pedagang atau ke warga langsung,” ujar Mustofah.
Menurutnya, kenaikan harga bahan baku kedelai saat ini secara perlahan dan terus-menerus berdampak pada berkurangnya keuntungan yang didapat. Bahkan, semakin menambah besar biaya modal yang dikeluarkannya untuk membeli bahan baku tempe tersebut.
Agar tidak merugi dan menjaga agar usahanya itu tetap berjalan, Mustofah mengaku tak punya pilihan lain yakni mengurangi ukuran tempe yang dijualnya. Sehingga, lama-lama ukuran tempe lebih mengecil.
“Ya mau gimana lagi, gak ada pilihan lain lagi. Sebenarnya enggak mau melakukanya (perkecil ukuran tempe) karena takut pelanggan kecewa,” pungkasnya.
Baca Juga: Minyak Goreng Langka, Pelaku UMKM di Lampung Timur Setop Produksi Kerupuk
(Andono/Yar/P1)