Lampung77.com – Anggota Komite IV DPD RI perwakilan Lampung Abdul Hakim bertemu dan berdialog dengan pegiat usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan kelompok wanita tani (KWT) di Aula Askowani, Astomulyo, Kecamatan Punggur, Lampung Tengah.
Acara dihadiri Suparti (Ketua Asosiasi Kelompok Wanita Tani-Askowani), koordinator penyuluh Putu, Suryadi (pembina Askowani), Siswantoro (Ketua Forum Gapoktan Punggur), Kube, PPL, dan Gapoktan.
Suparti, Ketua Askowani, mengatakan, tugas Askowani sebagai fasilitator usaha masyarakat dari hulu ke hilir. Lembaga ini memiliki 3 fungsi: inisiator, motivator, dan fasilitator.
Inisiator misalnya melihat kondisi sosial yang ada dan mencari solusi untuk mengatasi kesulitan. Contohnya limbah tongkol jagung dibuat medis tanam jamur.
Motivator misalnya menjaga stabilitas semangat masyarakat untuk mencapai impian dan memenuhi kebutuhannya. Pihaknya mendorong untuk jangan berharap bantuan, tapi didampingi dan diarahkan usahanya.
Ia mengatakan, pihaknya didukung Pertamina, mulai dari Rp3 miliar, Rp17 miliar, dan terakhir Rp2,7 miliar.
“Kami terkendala pemasaran dan mohon bantuannya untuk ekspor. Mohon fasilitasi untuk pelatihan ekspor karena biayanya Rp350 ribu per orang,” kata dia.
Fasilitator misalnya mendampingi berbagai lembaga dan peluang kemitraan untuk mengembangkan usaha warga. “Kendalanya tinggal di pemasaran,” ujarnya.
Abdul Hakim mengatakan, ia ingin mengajak untuk membangun cita-cita tinggi dan kemuliaan dengan membangun pemberdayaan masyarakat dalam ekonomi warga desa.
Cara kita mempercepat kerja pemberdayaan dengan memperkokoh hubungan dengan Allah swt, menyiapkan mental dan keyakinan.
“Senantiasa memberi kepada sesama warga. Kekayaan dan kelimpahan akan dicapai dengan memberi,” kata Abdul Hakim, dalam keterangannya, Sabtu (1/1/2022).
Abdul Hakim juga mengajak pegiat UMKM membuat peta jalan usaha menuju target global.
“Kami akan siap membantu berkolaborasi meningkatkan kelas usahanya,” kata dia.
Siswantoro, Ketua Forum Gapoktan Punggur, mengatakan, permasalahan terbesar di sini adalah pupuk. Kuota subsidi hanya 30 persen. Ia mengatakan, pihaknya sudah mengupayakan dengan pupuk kompos.
“Dalam pembuatan pupuk ini dilakukan manual. Kami ingin bantuan alat mesin pembuatan pupuk granul dari kompos. Kami siap membuat proposal,” ujarnya.
Eva Damayanti, peternak, warga Simbar Waringin, Trimurjo, mengatalkan, peternakan unggas dimulai dari penetasan, budi daya, bebek petelur, dan bebek pedaging.
“Kendala kami harga pakan konsentrat makin naik dari harga Rp250 ke Rp500. Sementara penjualan turun, daya beli masyarakat rendah. Kami mohon ada subsidi pakan ternak,” kata dia.
Abdul Hakim mengatakan, untuk permasalahan pupuk, kami menyarankan para petani untuk segera mendaftarkan diri sehingga bisa memperoleh kartu petani berjaya (KPB).
(Rls/AD/L2)