LAMPUNG77.com – Warga Desa Bauh Gunungsari, Sekampung Udik, Lampung Timur, mengadakan tari Tiban selama dua hari. Tiban adalah ritual yang dilakukan untuk meminta hujan saat musim kemarau.
Dalam pelaksanaan tari tiban di Desa Bauh Gunungsari, tersebut tampak sejumlah orang yang hanya mengenakan celana saling terlihat adu cambuk secara bergantian.
Koordinator acara Tari Tiban, Kabul Supaito, mengatakan kegiatan itu diadakan sebagai bentuk pelestarian adat dan budaya masyarakat Jawa Timur.
Menurutnya, puluhan peserta berasal dari berbagai kecamatan di Lampung Timur ikut serta meramaikan kegiatan itu. Bahkan, ratusan warga ramai menjadi penonton yang kemudian berinisiatif ikut dalam acara tersebut.
“Dalam tarian itu, dua orang peserta akan sama-sama membawa sebuah pecut (alat sabet yang terbuat dari ranting pohon aren) yang digunakan sebagai senjata sekaligus tameng. Selanjutnya kedua peserta akan secara bergantian melakukan sabetan ke tubuh lawan sembari berjoget di iringi tabuhan,” jelas Kabul, seperti dikutip dari Lampung77.id –jaringan Lampung77.com, Selasa (4/10/2022).
Menurutnya, di Desa Bauh Gunungsari, Tari Tiban dilaksanakan selama dua hari yakni Sabtu (1/10/2022) dan Minggu (2/10/2022.
“Kegiatan dilakukan hanya pada saat musim panas atau kemarau. Ini adalah budaya yang sudah turun-temurun dilakukan sejak nenek moyang dulu,” ungkapnya.
Ia mengatakan peserta yang hadir dari berbagai perwakilan desa lain di Lampung Timur. Peserta yang ikut disesuaikan dengan postur tubuh mereka.
“Peserta yang hadir memang kita undang, biasanya nanti gantian naik di atas panggungnya,” kata dia.
Usai melakukan Tari Tiban biasanya para peserta ada yang mengalami luka di tubuhnya. Meski begitu, kedua peserta saling bersalaman sebagai tanda tidak ada dendam. Kegiatan itu pun berlangsung semarak dan lancar tanpa adanya keributan.
Dikutip dari Wikipedia, Tiban merupakan tari atau ritual rakyat yang turun temurun menjadi bagian kebudayaan masyarakat Jawa Timur, terutama pada daerah Trenggalek, Blitar, Kediri dan Tulungagung.
Tari Tiban selalu dipertujukkan saat musim kemarau. Tarian tiban adalah sebuah permintaan permohonan kepada yang maha kuasa berharap untuk diturunkanya hujan. Ada makna dalam dibalik ritual tarian tiban yaitu sebuah harapan sebuah pesan yang luhur demi lestarinya alam. Bukanlah kekerasan yang ditonjolkan, melainkan nilai-nilai luhur atau sebuah pesan untuk menjaga keseimbangan alam.
Tari Tiban terbagi menjadi 2 kelompok. Masing-masing dipimpin 1 orang wasit atau biasa disebut Landang atau Plandang. Dalam ritual ini selalu diiringi dengan alunan musik layaknya gamelan lengkap yang terdiri dari kendang, kentongan, dan gambang laras.
Peserta tiban hanya mengenakan celana dan tidak diizinkan mengenakan baju atas. Mereka memakai pecut (sebagai alat pemukul) yang dibuat dari ranting pohon aren.
Baca Juga: Menengok Masjid Jami’ Al Mujahidin, Masjid Tertua di Lampung Timur
(Andono/Yar/P1)