LAMPUNG77.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan penyebab terjadinya hujan lebat disertai angin kencang yang melanda wilayah Kota Bandar Lampung, Sabtu (14/6/2025).
Hujan lebat disertai badai angin kencang terjadi di sejumlah wilayah Bandar Lampung mulai sekitar pukul 12.30 WIB hingga pukul 14.00 WIB. Cuaca ekstrem ini menyebabkan pohon tumbang di sejumlah daerah, salah satunya di Jalan Z.A. Pagar Alam, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung.
Koordinator Data dan Informasi BMKG Lampung, Rudi Harianto mengatakan berdasarkan analisis cuaca sementara penyebab terjadinya cuaca ekstrem tersebut yakni adanya gelombang Rossby Ekuatorial yang terpantau aktif di wilayah Lampung.
“Berdasarkan pola angin lapisan 3000 feet, terpantau adanya perlambatan udara di sekitar Samudera Hindia hingga ke wilayah Lampung. Kemudian, suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia relatif hangat, begitu juga anomali suhu muka laut positif atau lebih hangat dibandingkan normalnya di wilayah perairan timur Lampung dan Selat Sunda yang mengindikasikan suplai uap air ke wilayah Lampung,” kata Rudi, dalam keterangannya saat dihubungi Lampung77.com, Sabtu (14/6/2025) malam.
“Secara umum, kelembapan udara di wilayah lokasi kejadian (Bandar Lampung) pada lapisan 700–500 mb berkisar antara 70–100%. Sementara labilitas atmosfer secara umum pada kategori ringan hingga kuat, mengindikasikan adanya potensi pembentukan awan konvektif pada skala lokal,” lanjutnya.
Ia menyebutkan bahwa kecepatan angin maksimum dari radar cuaca terdeteksi mencapai 47 km/jam.
“Berdasarkan analisis nilai dBz, awan hujan mulai terbentuk pada pukul 12.20 WIB dengan nilai dBz paling besar 48.5 pada pukul 13.40 WIB. Sedangkan berdasarkan analisis suhu puncak awan paling signifikan mencapai -59.1°C pada pukul 14.30 WIB,” jelasnya.
Menurutnya, peringatan dini cuaca ekstrem 3 harian yang telah dikeluarkan BMKG Lampung pada 12 Juni 2025 sudah mendeteksi adanya potensi hujan sedang-lebat disertai petir dan angin kencang di wilayah Lampung Selatan, Bandar Lampung, Pesawaran, dan sekitarnya.
Rudi mengimbau kepada masyarakat dan instansi terkait agar waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologis (dampak cuaca ekstrem) seperti hujan lebat hingga sangat lebat dalam skala lokal, serta angin kencang yang dapat mengakibatkan dampak seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, serta kerusakan lainnya.
“Khusus untuk daerah bertopografi curam/bergunung atau rawan longsor agar tetap waspada, khususnya pada kejadian hujan dengan intensitas ringan hingga sedang yang terjadi selama beberapa hari berturut-turut. Untuk daerah dataran rendah dan dekat aliran sungai, waspadai potensi genangan/banjir. Selain itu, waspadai pohon, reklame, atau benda lain yang bisa roboh saat terjadi angin kencang,” ujarnya.
Kemarau Basah
Rudi mengatakan bahwa saat ini di wilayah Lampung sudah memasuki musim kemarau. Namun, beberapa wilayah masih kerap diguyur hujan bahkan hingga dengan frekuensi yang cukup tinggi.
Ia menjelaskan bahwa fenomena tersebut dikenal sebagai kemarau basah yakni merupakan kondisi di mana musim kemarau masih diwarnai curah hujan yang cukup signifikan.
“Ini fenomena Kemarau basah. Potensi hujan kita prakirakan sampai akhir Agustus 2025,” pungkas Rudi.
Baca Juga: Musim Kemarau, Curah Hujan di Lampung Juni 2025 Rendah-Menengah
(Yar/P1)