LAMPUNG77.com – Nasib nelayan rajungan di Lampung Timur ibarat sudah jatuh tertimpa tangga. Selain harga rajungan yang anjlok, hasil tangkapan juga berkurang. Imbasnya, membuat nelayan tekor.
Nelayan rajungan di Pesisir Lampung Timur Kuala Penet Desa Margasari, Labuhan Maringgai, Budiarto mengatakan musim angin baratan yang ditunggu-tunggu karena biasanya ikan melimpah, saat ini justru dirasakan sebaliknya.
Ia mengaku hasil tangkapan rajungan saat ini berkurang drastis hingga lebih dari 50 persen. Tak cuma itu, harga rajungan pun anjlok hingga di harga Rp 30.000/kg. Padahal harga sebelumnya bisa mencapai Rp 100.000/kg.
“Biasanya bulan ini puncaknya musim rajungan, tetapi malah hasil tangkapan turun drastis. Puluhan kali melaut paling banyak cuma dapat 3 sampai 5 kg saja,” kata Budiarto, seperti dikutip dari Lampung77.id –jaringan Lampung77.com, Kamis (19/1/2023).
“Beberapa kali melaut malah tekor, apalagi BBM sebelumnya juga naik, karena nelayan disini beli solar harga Rp 10.000 hingga Rp 11.000 di warung. Karena beli di SPBU nggak boleh,” keluhnya.
Baca Juga: Pengumuman! Harga BBM Naik Mulai Hari Ini, 1 Desember 2022
Ketua Koordinator Forum Komunikasi Nelayan Rajungan Nusantara (Forkomnelangsa), Wiswan (43) membenarkan kondisi sulit yang kini sedang dialami para nelayan rajungan di Pesisir Laut Lampung Timur.
Miswan menyebutkan bahwa selain faktor perubahan iklim yang sedang terjadi saat ini, ia mengaku tak mengetahui persis kenapa harga rajungan anjlok sudah beberapa bulan terakhir ini.
“Nelayan tradisional khususnya rajungan terancam. Saya sendiri bahkan akan alih profesi sebagai nelayan kalau begini terus,” ujarnya.
Sementara itu, salah satu pengusaha rajungan di Lampung Timur, Wahyu Alarobi, mengungkapkan harga rajungan saat ini anjlok karena permintaan pasar menurun.
Menurut Wahyu meski kualitas rajungan di Perairan Lampung tetap menjadi unggulan dibandingkan daerah bahkan negara lain, namun ia mengaku bingung lantaran eskportir seperti enggan menampung hasil rajungan dari Indonesia untuk dibawa keluar Negeri.
“Selain permintaan pasar rajungan untuk luar daerah saat ini menurun, mereka juga hanya mau membeli dengan harga murah. ini memang dilema bagi para nelayan ke depan,” kata Wahyu, yang juga pengurus Perkumpulan Pengusaha Rajungan (PPRA) Lampung Timur.
Baca Juga: Jeritan Nelayan Imbas Limbah Minyak di Pantai Lampung Timur, Pendapatan Turun-Jaring Rusak
(Andono/Yar/P1)