LAMPUNG77.com – Cargill meresmikan Lampung refinery minyak sawit dengan nilai investasi sebesar 200 juta dolar AS atau setara sekitar Rp 3,3 triliun, Senin (20/10/2025). Refinery atau kilang minyak ini adalah yang pertama dibangun Cargill setelah beroperasi selama 50 tahun di Indonesia.
Peresmian Lampung Refinery ini di antaranya dihadiri Gubernur Lampung, Rahmat Mirzani Djausal; Asia Pacific Group President of Cargill Agriculture and Trading, Penne Kehl; Managing Director, Bisnis Tropical Oil Cargill, Azlan Adnan; dan Staf Ahli Bidang Iklim Usaha dan Investasi Kemenperin, Doddy Rahadi.
Dalam sambutannya, Gubernur Lampung menyambut baik terpilihnya Lampung sebagai lokasi pembangunan refinery baru Cargill. Hal ini mencerminkan kepercayaan investor terhadap potensi Provinsi Lampung sebagai wilayah yang ramah bagi investasi, serta pertumbuhan sektor industri di Indonesia.
Menurutnya investasi ini mendukung pengembangan ekonomi lokal, membuka lapangan kerja, dan berkontribusi pada pertumbuhan berkelanjutan.
“Bangga. Ini adalah refinery pertama Cargill di Indonesia. Kami bangga dan bersyukur karena Lampung menjadi pilihan yang strategis bagi investasi global,” kata Mirza –sapaan Rahmat Mirzani Djausal, dalam sambutannya saat peresmian Lampung Refenery di Cargill Main Office, Panjang, Bandar Lampung.
“Kehadiran perusahaan sebesar Cargill ini menegaskan Provinsi Lampung punya potensi yang besar baik dari segi sumber daya alam, tenaga kerja, maupun dukungan infrasruktur,” lanjutnya.
Menurut Gubernur, Lampung saat ini sangat bergerak cepat dalam sentra produksi pertanian menuju sentra pusat pengolahan dan industri hilir. Dengan kehadiran Lampung Refenery ini menjadi bukti nyata transformasi tersebut.
“Bahkan keinginan Presiden, Lampung adalah salah satu provinsi yang bertujuan hilirisasi komoditas pangan. Dan terima kasih Cargill sudah mewujudkan itu,” ujarnya.
Mirza pun berharap dengan adanya refinery ini menjadi daya ungkit yang ke depan dapat bermanfaat buat para petani, khususnya di Lampung.
“Di Lampung tentu (sawit) harganya akan jauh lebih stabil karena sudah ada refinery dan ini akan menjadi semangat bagi masyarakat Lampung untuk menanam (sawit) kembali,” kata Mirza.
Meningkatkan Produksi Produk Kelapa Sawit
Asia Pacific Group President of Cargill Agriculture and Trading, Penne Kehl, menyampaikan pihaknya bangga telah bertumbuh selama 50 tahun bersama Indonesia.

Menurutnya, investasi di refinery ini menandai era baru kemitraan, seiring dengan upaya untuk meningkatkan produksi produk kelapa sawit yang aman dan berkelanjutan, serta membangun rantai pasok yang tangguh. Serta, berkontribusi terhadap sistem pangan global yang aman, bertanggung jawab dan berkelanjutan.
“Refinery di Lampung ini dirancang untuk dapat mengolah hingga 3.000 metrik ton minyak sawit per hari dan memiliki kapasitas untuk memurnikan satu juta metrik ton minyak sawit setiap tahunnya,” kata Penne.
“Refinery ini juga dilengkapi dengan instalasi pengolahan air limbah, peralatan hemat energi serta sistem pengelolaan air yang meminimalisir dampak operasional terhadap lingkungan dan juga masyarakat sekitar, sekaligus menjaga standar kualitas produk yang tinggi,” lanjutnya.
Rantai Pasok Terintegrasi
Sementara itu, Managing Director, Bisnis Tropical Oil Cargill, Azlan Adnan, mengatakan refinery ini memperkuat rantai pasok terintegrasi Cargill dari hulu ke hilir, dari perkebunan hingga pelanggan, untuk memastikan keberlanjutan yang lebih baik.
“Refinery ini juga meningkatkan kapasitas kami untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat atas minyak sawit yang berkelanjutan, sekaligus mempertegas komitmen kami terhadap komunitas di tempat kami beroperasi,” ujarnya.
Ia mengatakan bahwa refinery ini nantinya akan menyerap sekitar 20 persen supply bahan baku lokal, tergantung dari tingkat harga dan keberadaannya.
“Untuk Lampung ini adalah refinery pertama di Indonesia. Ini adalah single line refenary terbesar di dunia yang dimiliki cargill,” ujarnya.
Sedangkan untuk hasil produksi produk kelapa sawit nantinya, kata Azlan Aznan, 30 persen untuk lokal dan selebihnya akan di ekspor ke Amerika Utara, Eropa, dan sejumlah negara Asia.
Baca Juga: Instruksi Gubernur Lampung: Harga Singkong Rp 1.350/Kg, Perusahaan Diminta Patuh!
(Yar/P1)